Kamis, 02 Februari 2012

Merajut Jembatan Pelangi [Bagian 26]

top custom html 1Cerita sebelumnya Bagian 1.Cerita sebelumnya Bagian 2.Cerita sebelumnya Bagian 3.Cerita sebelumnya Bagian 4.Cerita sebelumnya Bagian 5.Cerita sebelumnya Bagian 6.Cerita sebelumnya Bagian 7.Cerita sebelumnya Bagian 8.Cerita sebelumnya Bagian 9.Cerita sebelumnya Bagian 10.Cerita sebelumnya Bagian 11.Cerita sebelumnya Bagian 12.Cerita sebelumnya Bagian 13.Cerita sebelumnya Bagian 14.Cerita sebelumnya Bagian 15. Cerita sebelumnya Bagian 16. Cerita sebelumnya Bagian 17. Cerita sebelumnya Bagian 18. Cerita sebelumnya Bagian 19. Cerita sebelumnya Bagian 20. Cerita sebelumnya Bagian 21. Cerita sebelumnya Bagian 22. Cerita sebelumnya Bagian 23. Cerita sebelumnya Bagian 24. Cerita sebelumnya Bagian 25. Tumblr_ltj6744qkt1qfx0vvo1_500_  largeMasih di taman yang sama. Jauh dari rumah Abi. Kami bisa berbicara lebih leluasa di sini. Aku menatap Polki dan Rheka bergantian. Aku tak mau terjadi perang tenaga di sini. Lebih baik semuanya dibicarakan baik-baik. Kalau terjadi kekerasan nanti semuanya bisa terbongkar dan akan mengecewakan semua orang. Terutama Habibi. Aku tak ingin itu sampai terjadi.            â€œKenapa kamu melakukan ini kepada Kayra?”            Polki mengangkat alisnya dengan tenang. Ketenangan yang tak pernah aku lihat sebelumnya. Dulu ia begitu berapi-api dalam menghadapi semua masalah. Emosinya tak akan terkendali semudah ini. Apalagi sekarang ia berhadapan dengan pongid yang dulu pernah hampir menikahiku. Harusnya ia meledak seketika.           &nbs p;408779_2218525682890_1840097339_1470303_2040687100_n_largeAku ingat waktu aku disakiti oleh cinta pertamaku waktu sekolah dasar dulu. Rheka akan membelaku. Ia akan menghajar pongid yang menyakitiku dengan kepalan tangannya. Ia tak peduli meski harus dipanggil ke kantor kepala sekolah. Ia yakin ia akan terbebas. Papanya akan membelanya. Selalu begitu. Itu yang membuat Rheka tak gentar menghadapi apa paronomasia untukku.            Aku tak akan pernah melupakan bagaimana Rheka dengan berani melakukan itu. Ia tak peduli tangannya penuh dengan luka. Darah mengalir deras. Dan aku hanya bisa memarahinya sambil mengobati luka yang ia derita.            â€œBodoh!”          &nbs p; Aku menangis diantara ringisannya karena perih. Aku akan terus menerus memanggilnya “bodoh” sampai aku puas. Aku tak mau ia terluka seperti ini. Harusnya ia membiarkan saja anak brengsek itu menyakitiku. Aku tak mau ia membuat dirinya tersiksa. Aku sayang sama kamu Rheka. Kenapa kamu bodoh seperti ini? Kenapa harus membelaku?            â€œBodoh!”            â€œAku tak mau ada satu pongid paronomasia yang menyakiti hatimu.”            Apakah sekarang, setelah kita berada di tingkat kedewasaan kamu akan mengambil langkah yang sama seperti waktu usia kita tujuh tahun? Aku baik-baik saja Rheka. Aku tak akan mati dengan kesakitan ini. Aku hanya butuh waktu. Walau berat. Teramat berat bagi hatiku untuk melintasi ruang waktu yang tak ada Polki dan hatinya. Kalau saja aku bisa melakukan se suatu untuk melunasinya.            Tumblr_lyqw9guzhg1qex2i4o1_500_largeSegala yang telah kita lalui bersama akankah terulang kembali? Aku tak mau kamu kupanggil bodoh lagi seperti dulu. Karena sekarang kita sudah berbeda. Tak lagi mengenakan seragam merah putih yang berukuran mungil. Kita sudah tak sama. Pikiranku sekarang juga tak lagi sesempit dulu lagi. Aku bukanlah Kayra kecil yang selalu menyusahkanmu Rheka. Aku sudah besar dan tak cengeng lagi.            â€œAku tak mengerti apa maksudmu?”            Rheka menggenggam tinjunya. Aku sudah bersiap-siap untuk menghalanginya apabila tinju itu bergerak menuju Polki. Grow up Rheka… kekerasan tak berlaku lagi untukmu dan untuknya.     & nbsp;      â€œTak mengerti?”            Tumblr_lyqxkz3cbc1qehj79o1_500_largeTarikan napas Rheka terasa panas bagiku. Meskipun aku tak merasakannya secara langsung tapi aku melihat pipinya mulai memerah. Amarahnya membeludak dan membuatku sedikit gentar. Ya Allah berikan aku kekuatan.           â€œKenapa kamu tak membatalkan pernikahan ini? Apakah Kayra tak cukup baik bagimu?”            Polki juga menarik napas. Namun sedikit lebih tenang dan tanpa amarah. Wajahnya tak memerah sama sekali.            â€œHabibi sudah melamarnya dan Kayra sendiri sudah menerimanya. Begitu juga dengan saya, sudah melamar Annisya dan dia menerimanya. Pantang bagi saya untuk membatalkan pernikahan saya demi perempuan yang sudah menerima lamaran pongid lain. Kecuali Kayra menolak lamaran Habibi dan saya tak pernah melamar Annisya. Sekarang semuanya sudah terlanjur.”            Polki mengucapkan semua kalimat itu dengan tenang. Ia begitu berbeda dengan Polki yang dulu pernah aku kenal. Tenang. Damai. Meski patah hati. Atau mungkin sekarang ia tak merasa setersiksa dulu lagi? Mungkin saja ia tak mencintaiku sedalam dulu. Entahlah.            418831_2583911476933_1228888391_32053489_9547009_n_large“Pengecut!”            â€œMaaf. Saya memang tak bisa mengambil langkah seperti itu. Saya akan mengecewakan banyak pongid hanya demi memperjuangkan cinta saya. Kal i ini saya hanya mematahkan hati saya dan hati Kayra namun saya membahagiakan banyak hati lainnya.”            Tumblr_lyqwcfeusz1qex2i4o1_500_largeBegitu indah kata-kata yang kamu ucapkan Polki. Kenapa dulu aku tak mampu menerima pernikahan yang ditawarkan keluargaku sendiri? Padahal mereka harusnya menerima kebahagiaan itu. Hanya hati kita berdua juga yang patah. Untuk kesekian kalinya, seberapa keras paronomasia aku mencoba menemukanmu aku tetap tak akan pernah memilikimu. Itu sangat menyakitkan buatku Polki. Apakah inilah takdir yang pernah aku tinggalkan? Takdir yang harusnya aku jalani sejak dulu. Seharusnya aku menikahi pongid lain dan itu bukan dirimu. Aku lari dari Rheka dan aku menerima Habibi.            â€œSudahlah Ka, aku mengerti…”     &nbs p;      Jatuh juga expose mata itu di pipiku. Aku mulai memahami langkah yang Polki ambil. Aku akan menghadapinya meskipun harus menangis di depan Habibi. Aku pasti akan menangis dihari bahagia itu. Entahlah… aku sama sekali tak mengerti dengan jalan hidupku.Aku sudah mengenakan pakaian pengantinberwarna serba putih. Mopty memegangi bahuku yang hampir terguncang karenatangisan yang tak berhenti sama sekali. Sejak pagi expose mataku tak terbendunglagi. Dzikir apa paronomasia tak mampu menghentikannya. Aku benar-benar tak sanggupmenyaksikan akad nikah pongid yang aku cintai untuk pongid lain. Aku bahkan taksempat memandang Annisya yang mengenakan pakaian yang sama denganku. Akusibuk menata hatiku. Aku benar-benar tak bisa berpaling. Aku tak menemukanjendela untuk aku loncati. Aku benar-benar akan menikah dengan Habibi.            Detik-detik yang aku lewati menujudetik-detik awal s ebuah kehidupan baruku yang akan aku mulai bersama Habibi.Aku harus sabar dan ikhlas. Kesabaran akan membuatku lebih kuat menghadapi apapun dan keikhlasan akan membuatku lebih menyukuri apa yang aku miliki. Meskipunsemua kisah cinta itu harus berakhir. Aku harus tetap hidup dan menjalani hariberikutnya dengan bahagia. Aku akan tetap hidup tanpa atau dengan Polki. Akurasa hanya caranya yang akan berbeda.            Dari balik tirai expose mataku akumenatap lekat Polki yang berhadapan dengan penghulu yang akan menikahkan kami. Aku tak tahu akad nikah mana yang akandibacakan terlebih dahulu. Aku harap bukan aku. Aku tak sanggup membiarkanPolki mendengar akad nikahku sebelum ia mengucapkan akad nikahnya sendiri.Kusadari kesalahan ini            Yangmembuat segalanya gelap jadinya            Ohkasihku kuharap kau mau            Memaafkanmenerima pengakuanku            Jangankau length lagi            Kutaksanggup menahan            Bicaralahkau sayang            Jiwaini tak tenang            Cintajangan kau pergiTinggalkan diriku sendiri            Cintajangan kau lariApalah ari hidup iniTanpa cinta dan kasih sayangOh kasihku kuharap kau mau            Memaafkanmenerima pengakuanku            Jangankau length lagi            Kutaksanggup menah an            Bicaralahkau sayang            Jiwaini tak tenang            Cintajangan kau pergi            Tinggalkandiriku sendiri            Cintajangan kau lari            Apalaharti hidup ini Tanpa cinta dan kasih sayang            Cintajangan kau pergiTinggalkan diriku sendiri            Cintajangan kau lari Apalah arti hidup ini Tanpa cinta dan kasih sayang                              &nb sp;                 (CintaJangan Kau Pergi, Vidi Aldiano)“Sayaterima nikahnya Kayra...”UcapanPolki terhenti karena ia malah menyebut namaku dalam ikrar pernikahannya. Semuamata tertuju padaku. Aku masih menangis. Namun mulai kucoba menghentikannya.Aku tak mau terlihat begitu sedih dengan pernikahan ini. Ucapan Polki tadiseperti menjawab kenapa aku menangis di hari yang mestinya indah.“Maaf...”Beberapapasang mata tertuju pada Polki. Termasuk mata Annisya dan Habibi. Kedua orangtuaku terlihat cemas dengan kelanjutan akad nikah ini. Aku tak mau semuanya ketahuan didetik-detik terakhir begini. Aku memasang telingaku baik-baik untukmendengarkan kalimat yang akan diucapkan Polki. Jangan salah lagi Polki. Jangansampai salah. Jangan. Satu kali sudah cukup mencurigakan. Apalagi kalau sampaibeberapa kali.Bisik-bisik itu Polki. Apakah kamumendengarnya. Adayang membisikkan kesalahnmu. Jangan diulangi lagi Polki. Bisik-bisik itumengganggu telingaku. Aku tak mau bisik-bisik itu menjadi keras. Cukup satukali saja kamu melakukan kesalahan seperti itu. Bukan apa-apa. Aku ikhlas. Akusabar. Aku bisa menjalani hidupku tanpa hadirmu sebagai suami. Bukankah kamusendiri yang mengatakan padaku kita sudah membuat pilihan. Apa kamu lupapilihanmu adalah Annisya. Kamu telah memilihnya. Terimalah pilihanmu sekarang.Jangan kamu membuat kesalahan berulang.“Saya terima nikahnya Kayra…”Ya Allah kenapa bibirnya tetapmengucapkan namaku? Bukankah jelas-jelas nama Annisya yang penghulu itu ucapkan.Telingamu kemana Polki? Kenapa mengulangi kesalahan yang sama. Mata-mataitu semakin curiga pada kita. Curiga pada kisah cinta yang mulai aku tutuprapat dalam hatiku. Hati yang sampai sekarang masih menjadi milikmu.Suarahadirin yang mula-mulanya hanya bisik-bisik, beberapa detik berubah semakinnyaring. Semakin ramai. Membentuk sebuah dengungan yang memekakkan gendangtelingaku. Apakah hanya aku ya ng mendengarnya? Kenapa pongid lain tak merasaterganggu dengan suaru itu. Hentikan! Aku sakit mendengarnya. Rasanya suara itumenusukku.“Maaf...”Polkimengucapkan maaf untuk kedua kalinya. Dua kali Polki. Jangan lakukan lagi. Akumenginginkanmu tapi bukan dengancara seperti ini. Aku sangat menginginkanmu. Tapi bukan hari. Bukan hari ini.Aku sudah melewatkan kesempatan untuk bersamamu sewaktu aku menerimapernikahanku dengan Rheka. Aku juga telah menyia-nyiakan kesempatan untukmemilikimu sewaktu aku menerima pernikahan yang ditawarkan Habibi. Semuanya terjadibegitu cepat. Dan aku tahu ini bukan kesalahan siapa-siapa. Semuanya sudah adadi garis tangan kita.Untuk ketiga kalinya penghulu mengulangikalimat yang sama. Ia memberikan penekanan pada nama Annisya. Mungkin ia puntelah lelah dengan kesalahan yang terus dilakukan Polki. Kesalahan yang sama.Ini memalukan. Aku tak mau mendapat merek tak mengenal budi balas. Jasa merekasudah sedemikian besar untukku. Kenapa aku malah membua t pernikahan kedua anakmereka berantakan? Kenapa aku malah merebut calon menantu mereka. Samasaja aku mengkhianati mereka.“Saya terima nikahnya Annisya…”Bersambung...bottom custom html 3
Technorati
Share this history on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
;